Monday, September 26, 2011

patah hati


Broken heart is when you can't make people around proud of you. Im broken heart. 
                                                                                                                   ~ @berhentidi18

Saya gadis patah hati. saya gadis yang mellow sekali ya. Tadi begitu menurunkan pedho, saya menangis sejadinya di mobil, sesengukan. 
Tapi patah hati yang sekarang dalam versi berbeda. Saya patah hati karena tidak bisa membuat orang di sekeliling saya bangga akan saya, dan terutama ibu saya.
Bukan tidak bersyukur atas semua kesempatan sekecil apapun yang udah saya lakuin, tapi karena apa yang saya lakuin bukan yang ibu saya harapkan. Pemikiran saya dan beliau bertolak belakang. Ia menginginkan saya hidup layak dan melakukan hal yang umum yang (dianggap) bisa menjamin kesejahteraan saya dan keluarga saya kelak. Dengan pekerjaan tetap dan penghasilan yang stabil dan hidup yang teratur ( baca : PNS ). Sedangkan apa yang saya inginkan, dambakan dan ingin perjuangkan adalah kehidupan yang bebas dan liar. Ngga bukan bebas dan liar yang ngga jelas dan negatif. Tapi pekerjaan yang bebas, yang tidak terikat waktu, yang tidak terikat pakaian dinas, yang tidak terikat dengan orang - orang yang sama dan membosankan, yang tidak terikat dengan jebakan atasan, yang tidak terikat dengan jebakan kejujuran atau menghalalkan segala cara termasuk 'maling' yang rendahan. Saya ingin liar, saya tidak mau bekerja di satu tempat dan bilik yang sama. Saya ingin tetap di dunia hiburan seperti yang saya lakukan sekarang, dengan posisi di belakang layar. Hal - hal yang saya nikmati. Saya ingin mencoba banyak hal. Saya ingin tetap memegang prinsip "hidup cuma sekali muda cuma sebentar, nikmati saja"
Saya ingin kebahagiaan sedangkan ibu saya mengharapkan kesejahteraan untuk saya.
Sering sekali saya kesal karena seolah ibu saya tidak mengerti dan mempercayai saya karna terus mendikte dan mengkritik impian saya. Ibu mengatakan saya tidak pernah berpikir dewasa. Ibu mengatakan saya tidak berpikir ke depan. Ibu mengatakan saya menutup mata akan kenyataan dan keadaan.
Patah hati mendengarnya.
Tapi tentu beliau tidak ingin saya dan keluarga saya kelak hidup susah. Tentu beliau menginginkan saya punya banyak waktu untuk mengurus cucu - cucu nya kelak. Tentu beliau menginginkan saya menjadi seorang istri yang bisa menata rumah tangga dengan sebaik baiknya kelak. Tentu beliau sangat mencintai saya.

Dan antara tetap memegang prinsip atau membahagiakan Ibu saya itu sangat membingungkan. Saya takut durhaka walaupun saya beranggapan orang tua itu juga manusia, bisa saja salah meramalkan nasib sang anak. Bagaimanapun ini hidup saya. Saya ingin memegang kendali penuh akan hidup saya begitu saya wisuda. Tapi saya takut Ibu saya tidak merasakan kepuasan telah membesarkan saya, takut ia merasa gagal dan kecewa sebagai orang tua. ( Karna sesungguhnya Ibu saya adalah orang tua yang sangat hebat, ia wanita yang menggagumkan, saya belajar sangat banyak dari nya. She's trully amazing. ) Takut ia pergi dengan perasaan itu, karena siapa yang tahu kapan Tuhan menginginkannya kembali ke surga.  
Tapi keinginan saya untuk hidup tanpa membohongi perasaan dan hasrat begitu besar. 
Mungkin jalan keluar yang terbaik berusaha berada di tengahnya, melakukan yang saya inginkan sebaik baiknya hingga Ibu saya percaya saya bisa mengatur hidup saya dengan baik dan membuatnya bangga dan berhasil sebagai orang tua. 
Semoga.


when she was young. isn't very lovely?
dan sampe dia segemuk sekarang katanya gegara brojolin aku yang begitu besar :)



ps: begitu selesai ngetik ini, ibu saya pulang dengan ayah saya dan langsung ribut - ribut teriak teriak karena hal sepele yang.. sebenarnya sangat menjengkelkan mendengarnya. ah Mom... :')



No comments:

Post a Comment