Sunday, September 26, 2010

hari #21 Garuda nya lagi luka


Kemaren dapet sms yang isinya pemberitahuan kepada seluruh umat agar meniadakan kegiatan keagamaan, ntah itu misa atau paduan suara, atau apapun di sekitar linkungan gereja yang baru di bangun di Mayang. Karena Romo, pemimpin gereja sedang ditugaskan di luar kota, dan takutnya kalo tetep ada kegiatan keagamaan , akan terjadi hal yang ngga diinginkan dan nga ada ‘pemimpin’ nya. Gereja yang baru dibangun di Mayang itu pengurusannya udah lamaaaaaaaaa banget, tapi ijin permanennya belum juga keluar, masih ijin sementara. Jadi tuh kalo mo misa setiap minggu nya, sebelumnya Romo mesti ngurus ijin dulu. Padahal semua syarat buat ijin permanen udah dilengkapin.

Ibu juga cerita, di daerah mana gitu saya lupa, pengurusan ijin membangun sebuah gereja sampai 20 tahun. Selama 20 tahun itu ngurus sana sini, puluhan kali pengadilan, gitu ijin akhirnya keluar, gereja dibangun. Ntah saat pembangunan atau udah selesai dibangun, warga setempat proter. Astaga.

Ibu pun ngomong, ”sayang Gus Dur udah ngga ada.”

Saya orang yang beragama, walau ngga taat – taat banget. Saya seumur hidup gini belum pernah sekalipun puasa penuh ( Katholik juga ada puasa selama 40 hari, Cuma berbeda dengan puasa umat Muslim, puasa Katholik itu misalnya, puasa daging selama 40 hari, yang artinya selama 40 hari ngga mengkomsumsi daging. Atau sehari itu hanya makan kenyang sekali, selama 40 hari. Biasanya sih di Sekolah Katholik diterapkan puasa jajan, dan setiap hari Jumat ada pengumpulan aksi puasa, jadi uang jajan dikumpulin, dan diberikan kepada sesama manusia yang membutuhkan ) , atau tergabung di kelompok muda – mudi Katholik, dsb. Yang saya tau, saya Katholik dan hubungannya keimanan saya cukup saya dan Tuhan saja yang tahu.

Dan mendengar hal itu membuat saya benar – benar sedih.
Saya ngga menyalahkan agama manapun, saya menyayangkan pemikiran individu / kelompok tertentu.
Setidaknya, kita ini orang Indonesia. Tinggal di negara yang sama, dari dulu ada pelajaran PPKn, kita mengenal Bhineka Tunggal Ika, Patung Garuda Pancasila pun tergantung di setiap kelas, atau ruangan pemerintahan atau instansi, atau dimana sajalah.

Banyak, sangat banyak orang menyayangkan gugurnya sang Gus Dur. Miris.
Kenapa Cuma 1 orang yang tidak sempurna secara fisik itu saja sih yang keanya bisa menegakkan ketentraman di Indonesia. Pada kemana sih orang – orang berjas dan berbatik klimis itu? Sialan.
Malah generasi muda yang dianggap pengacau dengan musik brangbrengbrong, atau sekumpulan seniman yang dianggap nyeleneh, Sutradara berambut gondrong, dan anak muda anak muda lainnya yang ngusahain Pancasila diliat, didenger, dilakuin.

Kenapa ngga berani sih Bapak yang Terhormat itu nangkepin preman berkedok agama satu persatu. Mereka, meresahkan yang berbeda, dan bikin malu yang sama.

Demi Tuhan, saya ngga pernah membenci atau menyalahkan agama manapun. Saya pribadi percaya Tuhan itu satu. Satu untuk semua, bukan Satu untuk masing – masing.
Moga aja ini Cuma sesaat. Moga bakal ada hari dimana Agama itu ada di ktp, ktm, biodata, dan hati masing – masing, diluar itu, kita ini semua sama.
Semoga bapak – bapak yang terhormat itu suatu saat studi banding ke kafe atau tempat tongkrongan anak muda yang dianggap begundalan dan ngga jelas, yang berbaur ntah agama, ras apapun dan dalam prbincangan mereka ada keprihatin, kemarahan dengan keadaan Indonesia dan ingin mengubahnya. Bukan nimbrung di arisan berlian istrinya yang menyinggung uang bulanan selalu kurang, atau geng nya sesama  jas dan batik klimis yang berkomplot mo ngajuin beli gadget terbaru padahal buta gimana make nya dasar orang orang gila. Ngga waras.
Semoga yang ada kemarahan dan kedengkian akan perbedaan akan segera ditentramkan hatinya.


Semoga kengerian, ketakutan, keprihatinan ini cuma sementara.



No comments:

Post a Comment